(*Oleh : Mahathir Muhammad
Lensajatim.id, Opini- Pemuda selalu menjadi pembahasan menarik, terutama berkaitan dengan persiapan Indonesia menyongsong usia emasnya pada tahun 2045. Pemuda diharapkan menjadi penopang utama (aktor) untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara maju yang mampu bersaing dengan negara-negara adidaya. Indonesia akan menjadi maju, jika pemudanya memiliki karakter tangguh, unggul, terampil, berkualitas dan berkarakter. Indonesia akan menjadi negara maju jika gerakannya masif dimulai dari wilayah desa dan perkotaan. Memajukan desa maupun kota harus dimulai dari pemimpin yang berkualitas.
Pasca reformasi, sistem politik di Indonesia memberi ruang pada siapa saja yang ingin menjadi pemimpin. Dengan sistem Pilkada dipilih langsung oleh rakyat maka semua bisa menjadi pemimpin, asalkan dipilih oleh suara terbanyak. Hal ini diharapkan dapat membuat daerah lebih mandiri, maju, dan mampu mengelola pemerintahan dengan baik dan bersih (good governance) hingga terwujudnya keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Sistem ini kemudian, memberi ruang lebar kepada para pemuda untuk bisa mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Pemuda mendapatkan ruang besar untuk berekpresi membangun daerahnya dengan gagasan, kreativitas, inovasi dan semangat mudanya.
Kepemimpinan muda merupakan salah satu bentuk transformasi kepemimpinan pada era demokrasi modern seperti Indonesia sekarang ini. Pemimpin muda yang ada di daerah justru sangat baik bagi kelangsungan kemajuan daerah. Pemuda dinilai memiliki energi spirit yang besar untuk melakukan inovasi, kreativitas, lompatan gagasan bahkan pikiran-pikiran yang sangat visioner dan bisa menjadi pionir dalam pembangunan daerah. Tentu tidak hanya bermodal muda, namun juga ditopang oleh kapasitas dan pengalaman yang mumpuni.
Kita sudah banyak disuguhkan banyak daerah maju dibawah kepemimpinan anak muda. Di Banyuwangi ada nama Azwar Anas, terpilih menjadi Bupati Banyuwangi di usia 37 tahun. Dengan latar belakang santri, lulusan PTN ternama, dan pengalaman sebagai anggota DPR RI Azwar Anas mampu menyulap Banyuwangi menjadi daerah maju dengan keunggulan pariwisata yang berkembang pesat. Ada juga nama Emil Elestianto Dardak, terpilih menjadi Bupati diusia 31 tahun. Berlatar belakang sebagai cucu Kyai (KH. Muhammad Dardak), alumni Ritsumeikan Asia Pacific University, Jepang dan Universitas Oxford serta memiliki jejak pengalaman mentereng di BUMN dan World Bank. Emil Dardak mampu merubah Trenggalek menjelma menjadi daerah yang lebih maju di banyak sektor.
Di Lumajang ada nama Thoriqul Haq, atau biasa dipanggil Cak Thoriq. Cak Thoriq adalah seorang santri yang memiliki jejak rekam pendidikan yang mumpuni, barusaja ia menyandang gelar Doktor ilmu lingkungan dari Universitas Brawijaya. Dengan gaya kepemimpinannya yang blak-blakan, ia mampu merubah image Lumajang menjadi derah yang maju pesat. Pertambangan pasir ditertibkan, pariwisata digenjot, tata kota dibangun lebih indah. Ia menjadi Bupati di usia 41 tahun.
Dalam konteks Jember dan Pilkada secara langsung, kita sudah mengalami beberapa estafet kepemimpinan kepala daerah. Dimulai dari kepemimpinan H. MZA. Djalal (2005-2015), Hj. Faida (2015-2020), dan H. Hendy Siwanto (2020-2025). Ketiganya memiliki latar belakang dan profil yang berbeda. H. MZA. Djalal adalah birokrat yang pernah mengemban jabatan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jember serta Kepala Dinas PU Bina Marga Provinsi Jawa Timur. H. Faida adalah pengusaha dibidang kesehatan dengan memiliki beberapa rumah sakit. Sedangkan H. Hendy Siswanto adalah birokrat di Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dengan jabatan terakhir sebagai Kasatker Pengembangan KA Jawa Tengah (2012 – 2016).
Dari sisi usia menjabat, H. MZA. Djalal menjadi Bupati Jember di usia 49 tahun, H. Faida menjadi Bupati Jember di usia 47 tahun, dan H. Hendy Siswanto menjadi Bupati di usia 58. Dalam 4 kali gelaran Pilkada di Jember, belum ada bakal calon Bupati dibawah 40 tahun yang mengikuti kontestasi.
Di gelaran Pilkada ke-5 (2024) rasanya akan berbeda dari sebelum-sebelumnya. Anak muda akan ikut bagian dalam gelaran Pilkada Jember 2024. Ada nama Muhammad Fawait (Gus Fawait) yang sudah dipastikan menjadi bakal calon Bupati Jember. Ia sudah mengantongi dukungan dan rekom dari seluruh partai politik yang ada, minus PDIP. Ia akan maju berpasangan dengan Djoko Susanto, seorang pensiunan mantan Kepala BPN Kabupaten Jember. Penting kiranya kita mengelaborasi nama Muhammad Fawait. Selain sebagai anak muda, Gus Fawait lahir dari tradisi pesantren yang kuat, dan ditopang dengan pendidikan formal yang kuat. Saat ini dia menjadi pengasuh pesantren yang didirikan oleh orang tuanya, Pondok Pesantren Nurul Chotib Al Qodiri 4. Pendidikan formalnya ia raih di PTN ternama. Dia alumni Unair dan UGM, lulusan S1 Ekonomi di Unair, S2 di UGM, dan S3 atau Doktoral ia tempuh di Unair, Surabaya.
Di karir politik, Gus Fawait di usia 26 tahun terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari partai Gerindra. Karirnya di legislatif dimulainya di tahun 2014, kemudian terpilih kembali di Pemilu 2019 dan 2024. Ia juga mencatatkan rekor sebagai caleg dengan suara terbanyak, dengan perolehan suara 228.229 suara di Pemilu 2019 dan 239.414 di Pemilu 2024. Dalam menjalankan amanah sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, ia pernah menjadi ketua komisi dan ketua fraksi Gerindra.
Membedah seorang Muhammad Fawait tentu menjadi penting karena ia tidak hanya bermodal muda (36 tahun) namun ia juga memiliki jejak pengalaman yang tak kalah dengan nama-nama kepala daerah lain yang sudah sukses di daerahnya masing-masing. Saya kira, sudah waktunya Jember memiliki Bupati muda yang mampu membawa Jember melompat jauh lebih maju dan sejahtera. Bukankah begitu?
(* Penulis adalah Plt DPC Partai Demokrat Jember
Komentar