|
Menu Close Menu

Edukasi Santri, Okara Sumenep Kampanyekan Stop Perundungan dan Kekerasan pada Anak

Kamis, 05 September 2024 | 17.12 WIB

Komunitas Rumah Cerita Okara saat menggelar Kampanye Anti Perundungan dan Kampanye Anti Kekerasan pada Anak. (Dok/Istimewa). 

Lensajatim.id, Sumenep- Maraknya kasus perundungan dan kekerasan seksual yang menimpa anak-anak khususnya di Sumenep akhir-akhir ini mendapatkan perhatian serius dari berbagai elemen. Mulai dari dinas pendidikan, sekolah, guru, komunitas, dan masyarakat sekitar. Berbagai elemen saling bahu membahu untuk memberikan pendampingan dan edukasi. Salah satu komunitas yang bergerak cepat merespon fenomena ini adalah komunitas Rumah Cerita OKARA. 


Selama ini, Komunitas Okara memang dikenal sebagai komunitas yang bergerak di bidang literasi anak. Kepedulian para relawannya telah banyak mendapat apresiasi dari berbagai pihak. 


Kali ini, komunitas yang dikomandani Avan Fathurrahman ini mengambil bagian dari kampanye Stop Perundungan dan Kekerasan. Sasarannya utamanya adalah anak-anak. Baik yang berada di sekolah TK-RA, SD-MI, dan SMP-MTs, atau anak-anak yang berada di Madrasah Diniyah. 


Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Madrasah Diniyah Takmiliya An-Nawawi. Kepala Madrasah Ustadz Rido Romdhoni, menyampaikan apreasiasi dan terima kasih pada komunitas Okara. Sebab santri-santri di MDT An-nawawi menjadi peserta sosialisasi anti perundungan dan anti kekerasan dari Komunitas Okara.


"Ini kegiatan yang positif untuk mengedukasi para santri agar paham tentang perundungan atau bullying. Terutama dampak buruk yang disebabkannya. Sehingga anak-anak tidak ikut melakukan bullying pada siapapun. Terutama terhadap teman santri," ujarnya saat ditemui. 


Sementara itu, ketua komunitas Rumah Cerita Okara, Avan Fathurrahman menjelaskan, dalam gerakan ini, Okara mengajak anak-anak untuk mengenali dan memahami berbagai jenis perundungan. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak tidak melakukannya. Selama ini banyak anak yang melakukan perundungan tapi tidak sadar bahwa itu termasuk perbuatan merundung. Mereka menganggap hanya bercanda saja. Misalnya mengejek kondisi fisik, mengubah nama teman menjadi panggilan yang jelek, dan lainnya. 


"Saya turut semangat dan senang karena melihat anak-anak begitu antusias. Memang, kami sengaja menerapkan metode bermain dan belajar dalam kampanye anti perundungan ini, agar materi tersampaikan dengan riang gembira. Sesekali anak-anak juga kami minta untuk terlibat aktif berinteraksi dengan kami  dan peserta lainnya ," terang Avan. 


Avan berharap, kampanye anti perundungan dan anti kekerasan ini menjadi atensi bersama. "Jika kita bergerak bersama, mengedukasi dan melindungi anak-anak bersama, insya allah perundungan dan kekerasan akan bisa dicegah," pungkas Guru SDN Larangan Barma 1 Batuputih ini. 


Dalam kampanye tersebut, Avan jiga dibersamai Farida, Iyan, Enji, dan Indah yang merupakan tim relawan anti perundungan dan anti kekerasan. (Yud) 

Bagikan:

Komentar