Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. (Dok/Akun IG Prabowo). |
Oleh Moch Eksan
Lensajatim.id, Opini- Istilah "Presiden Gemoy" adalah sebutan nitizen terhadap Jenderal (Purn) TNI Prabowo Subianto. Presiden baru berulang tahun ke-73 pada 17 Oktober 2024, memang postur tubuhnya subur, pipi tembem, menggemaskan dan lucu. Apalagi di depan khalayak umum, suka joged dan lempar senyum menghadapi lawan politiknya yang nyinyir.
Rupanya, pencitraan Prabowo sebagai calon presiden gemoy dapat diterima luas oleh masyarakat pemilih Indonesia, sehingga perolehan suaranya juga sangat tebal. Bahkan tertinggi dalam sepanjang sejarah pilpres di Indonesia.
Pada Pilpres 2024, Prabowo mendapatkan suara 96,2 juta. Ini lebih tinggi dari perolehan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebanyak 73,8 juta pada Pilpres 2009. Dan juga melampaui suara Presiden Joko Widodo sebesar 85,6 juta pada Pilpres 2019.
Kemenangan sangat tebal Prabowo di atas, dicatat dalam sejarah pilpres dunia sebagai rekor suara nomor wahid di jagad raya, kemudian disusul oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden sebanyak 81 juta pada Pilpres 2020, Presiden Brazil Dilma Roussef 54 juta pada Pilpres 2014, Presiden India Narendra Modi 37 juta pada Pilpres 2019, Presiden Prancis Emmanuel Macron 20 juta pada Pilpres 2017.
Jadi, kekalahan Prabowo pada pilpres-pilpres sebelumnya, dibayar lunas, baik pada saat menjadi calon wakil presiden dari Megawati Soekarno Putri (2009), menjadi calon presiden bersama Hatta Rajasa (2014), maupun sebagai calon presiden dari Sandiaga Solahuddin Uno (2019). Atas kegigihan dan kesabaran memperjuangkan cita-citanya, Indonesia menunaikannya sebagai presiden pilihan rakyat untuk menjadi "Macan Asia".
Prabowo adalah sosok yang tautan darah dengan trah Kesultanan Islam Mataram. Keluarga eyang buyutnya, Raden Tumenggung Kertanegara (alias Eyang Banyak Wide) yang merupakan panglima laskar Pangeran Diponogoro wilayah Gowong Kedu.
Eyang Prabowo adalah Raden Mas Margono merupakan anggota Badan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BUPKI), Ketua Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS), dan pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) 46.
Bapak dari Prabowo adalah Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo merupakan "Begawan Ekonomi" yang pernah menjadi menteri di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, juga menteri di Kabinet Presiden Soeharto.
Memang, nasab Prabowo ini sangatlah baik. Namun, nasibnya terkadang tak selalu baik. Untuk mengimbangkan nasab dan nasibnya, ia mengalami hidup jatuh bangun. Ia dapat melewati berbagai kesulitan dalam hidupnya sampai dipecat dengan tidak hormat dari TNI sebagai tumbal dari rezim militer yang represif.
Namun, keteguhan dan kesabarannya untuk terus berjuang tanpa mengenal lelah dan menyerah, yang akhirnya diganjar dengan kemenangan mutlak. Semua lawan politiknya di militer dan politik bertekuk-lutut dan mendukungnya menjadi penerus kepemimpinan Presiden Jokowi.
Seperti yang diramalkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid, ternyata benar Prabowo menjadi presiden di usia tua. Sang Patriot ini sudah digariskan sebagai mantu presiden dan menjadi presiden itu sendiri di tengah memudarnya pengaruh politik keluarga Cendana pasca reformasi.
Sejarah negeri ini telah menempatkan Prabowo sebagai bagian sejarah penting kepemimpinan Indonesia modern. Sang 08 menjadi presiden ke-8 untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sampai 8 persen. Suatu target yang membutuhkan ikhtiar yang berlipatganda dari presiden gemoy dengan kabinet gemoy pula.
Prabowo telah memanggil dan membekali 109 tokoh yang akan menjadi menteri dan atau wakil menteri. Mereka rata-rata anggota kabinet Presiden Jokowi serta tim pemenangannya bersama Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Duet Prabowo-Gibran ini diharapkan oleh banyak pihak, sukses memimpin Indonesia membangun presidensi global dalam segala hal. Politik yang stabil, pertumbuhan ekonomi yang baik, serta semangat gotong royong yang kuat, merupakan modal besar dalam membangun bangsa untuk mencapai tujuan nasional.
Dengan ilmu kepemimpinan militer dan pengalamannya sebagai politisi, pengusaha dan tentara, tak ada alasan Prabowo gagal memimpin Indonesia. Apalagi, geopolitik dan ekonomi dunia diwarnai oleh peperangan, baik militer maupun ekonomi. Latar belakangnya sangat relevan dan kontekstual untuk menaikkan posisi negara ini di percaturan global.
Dan, Prabowo pasca menang Pilpres 2024, sebenarnya sudah terlihat berkeliling dunia, serta bertemu dengan pemimpin dunia lain, di Barat maupun di Timur. Jelas, tujuannya hendak menaikkan bargaining position Indonesia sebagai kekuatan non blok yang tak mau terseret oleh pertarungan kepentingan politik global. Justru dia aktif menawarkan solusi damai untuk mewujudkan perdamaian dunia yang abadi dan berkeadilan sosial.
Pertanyaan terakhir, apakah presiden gemoy dengan kabinet gemoy akan mengantarkan Indonesia gemoy di mata dunia luar? Biarlah sejarah nanti yang menjawabnya.
Moch Eksan, Penulis adalah Pendiri Eksan Institute dan Penulis Buku "Kerikil di Balik Sepatu Anies".
Komentar