|
Menu Close Menu

Beras Murah Dibeli ASN, Kami Sakit Hati

Senin, 30 Desember 2024 | 10.56 WIB

 


Oleh : NK Gapura


Lensajatim.id, Opini- Hari ini terasa sangat buruk. Untuk kesekian kalinya kami harus kuat menahan emosi dan membiarkan seorang ASN senyum-senyum menenteng gula, minyak dan dua sak beras murah, tepat di depan mata.


Kawan saya naik pitam. Dia hendak melabrak ASN yang semena-mena itu. Saya menahannya. Meski dia mengurungkan niatnya, wajahnya tidak bisa meredam amarah. Dia tetap tidak terima. 


Tidak lama kemudian, Pak Edy Rasyadi, Sekda Kabupaten Sumenep, tiba di tempat kami berdua. Kawan saya semakin naik pitam. Dia ingin sekali melaporkan kejanggalan ASN itu ke orang nomor 3 di Pemkab Sumenep. Saya kembali menahannya. 


Saat itu, saya cukup terkejut. Sebab kawan saya jarang marah. Namun kali ini dia tidak bisa menahan diri. Kami pun membatalkan rencana liputan. Kami berdua balik kanan. Sebab amarah di dada terus menendang-nendang. Jika memaksa liputan, perasaan akan semakin berantakan. 


Pukul 08.34 WIB, kami berdua tiba di sisi timur taman bunga. Dari e-flayer yang beredar, pasar murah akan digelar. Pukul 08.48 WIB, tim dari protokoler Pemkab tiba: juru foto, video dan 2 orang ASN lain, mungkin "penata acara". Saya sempat menyalami seorang di antaranya.


Pukul 09.56 WIB, seorang kawan dari Bulog, yang saya kenal baik, tiba di tempat kami berada. Kami bersalaman dan berbincang. 


Katanya, Bulog menyiapkan 5 ton beras untuk menggelar pasar murah jelang tahun baru. Selain beras, minyak dan gula juga dijual lebih murah dari harga pasar biasanya.


Namun karena keterbatasan armada, Bulog hanya bisa mengangkut 1,5 ton saja. Katanya, jika warga antusias, sisanya akan diangkut ulang. Saat itu, saya pun bertanya-tanya. Kok bisa? 


Sampai pukul 09.14 WIB, Pemkab dan Bulog baru menata barang yang hendak dijual. Akan tetapi pada pukul 09.05 WIB, seorang ASN, yang lebih awal datang, dengan gontai menenteng minyak dan gula ke motor maticnya. Wajahnya cantik. Merasa tidak bersalah. 


Dan pukul 09.08 WIB, ASN yang sama kembali menenteng 2 sak beras. Dia menumpuknya di motor matic yang sama. Bedanya, kali ini dia sembari senyum manja. Tanpa merasa berdosa. 


Kejadian singkat itulah yang membuat kawan saya naik pitam. Ternyata perasaan kami sama: tidak terima dengan ASN yang main serobot dengan sikap semena-mena. Pasar murah belum dimulai. Tapi ASN itu telah merayu untuk lebih awal membeli. Kami merasa cara itu buruk sekali. 


Di atas motor, di jalan pulang, saya berusaha mencari sekian alasan agar amarah kawan saya mereda. Saya utarakan bahwa kami berdua tidak punya kewenangan dan kewajiban untuk melabraknya.


Namun kawan saya menyela. Katanya, kejadian seperti itu bukanlah pertama kalinya. Para ASN seperti sudah terbiasa mencari untung dengan bermodal baju safarinya.


Mendengar itu, saya sejenak diam. Tidak lama kemudian, saya utarakan alasan lainnya. Amarah kami berdua tidak layak untuk ASN golongan biasa. Andai ia adalah Kabid, atau bahkan Kadis, saya pun akan ikut melabraknya. Sebab hanya itu yang kami berdua bisa.


Di atas motor, saya berusaha meyakinkan kawan saya bahwa ada pihak yang bisa jadi lebih buruk prilakunya di pasar murah. Bisa jadi Kasi, Kabid, Kadis atau Kabag Pemkabnya. 


Analoginya, dari 5 ton beras yang akan diperjual belikan, baru 1,5 ton yang dikeluarkan. Jika tidak dilakukan pengawasan, maka sisa 3,5 ton beras, akan "dibeli" siapa? ASN yang buruk, tentu saja tidak hanya satu di dunia. 


Walakin, kami berdua hanya bisa curiga. Dan jika itu benar terjadi, biarkan amarah kami yang bicara. Atau, paling tidak, biarkan catatan ini yang mengeluhkannya. ASN memang sering semena-mena(?) Salam awam saja. 



Sumenep, 30 Desember 2024

Bagikan:

Komentar