Prabowo Subianto dan Gus Dur (dok/CNBC Indonesia). |
Oleh Moch Eksan
Lensajatim.id, Opini- Di hadapan 2.000 mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, Presiden Prabowo Subianto menceritakan kedekatannya dengan KH Abdurrahman Wahid yang notabene Azhari.
Gus Dur adalah presiden ke-4 Indonesia yang pernah mengeyam pendidikan di universitas Islam tertua di dunia ini. Meski Gus Dur tak sampai menyelesaikan studi dari kampus yang didirikan oleh Dinasti Bani Fatimiyah pada 970 M ini.
Gus Dur, kata Prabowo, pemimpin muslim yang terkenal sebagai pelindung kaum minoritas. Pengamanan gereja yang dilakukan oleh GP Ansor dan Banser adalah kebijakan organisatoris Gus Dur yang tetap bertahan sampai sekarang.
Tradisi menjaga gereja pada perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru, atas perintah Gus Dur pada saat menjadi Ketua Umum PBNU untuk memberikan rasa aman pada umat kristiani yang merayakannya.
Andree Fiellard, salah satu penulis buku Gila Gus Dur, Wacana Pembacaan Abdurrahman Wahid (LKiS Yogyakarta, 2000), menulis cerita sebuah Seminar Stadium General bertema "Membangun Persaudaraan Sejati".
Gus Dur diundang sebagai pembicara dalam acara tersebut. Tak kurang dari 200 pastor hadir pada acara yang ditempatkan di Sekolah Teologi Malang pada Desember 1996.
Pasti, tema persaudaraan di atas diangkat sebagai bentuk respon atas kejadian perusakan 22 gereja dan fasilitas keagamaan lain di Situbondo. Gus Dur dihadirkan dengan maksud untuk meredam agar kejadian semisal tak meluas di daerah basis NU lainnya.
Namun, Gus Dur justru melontarkan lelucon di hadapan para pastor dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Bahwa banyak umat Islam yang tahu sedikit Bahasa Arab tetapi merasa tahu banyak tentang Islam.
Akibatnya, hari Minggu diganti hari Ahad dalam berbagai kalender. Penggantian nama hari agar terasa lebih Islam. Padahal, nama hari Minggu atau Ahad tak terkait dengan ajaran agama.
Sembari berseloroh Gus Gur menyatakan, " Sesungguhnya, mungkin orang-orang Nasrani berhenti saja pergi ke gereja pada hari minggu, sehingga Ahad menjadi lebih Islam lagi". Candaannya ini mencairkan suasana seminar yang penuh ketegangan pasca eskalasi kerusahan SARA.
Selepas kejadian tersebut, Gus Dur menggerakkan ormas kepemudaan NU untuk ikut berpartisipasi dalam pengamanan gereja. Ini berarti, kegiatan pengamanan gereja sudah menjadi tradisi yang berlangsung 28 tahun sejak 1996-sekarang.
Prabowo menyatakan telah mencontoh Gus Dur dengan turut serta menggerakkan para Satgas Gerindra di berbagai tempat untuk menjaga gereja, vihara, kuil, klenteng dan tempat ibadah lain dari ancaman teror dan gangguan keamanan.
Sebuah kebanggaan bagi Indonesia, Gus Dur mewariskan inklusifisme yang mengajarkan Islam damai, sejuk dan teduh. Sebuah agama mayoritas yang melindungi agama minoritas.
Barangtentu, semua itu atas jasa dari Gus Dur dalam membina kerukunan umat beragama di Indonesia. Malah, yang mengusulkan Gus Dur sebagai pahlawan nasional adalah dari umat lintas iman yang merasakan sumbangsih nyata dalam mewujudkan perdamaian antar umat beragama di Nusantara.
Prabowo meminta pada para mahasiswa yang hadir di Al-Azhar Convention Center, untuk meneladani Gus Dur sebagai tokoh muslim terkemuka dalam membela hak-hak minoritas.
"Gus Dur saya kenal dekat, pemimpin muslim, Ketua Umum NU, datang dari keluarga Syekh besar kita, keluarga Tebu Ireng tapi beliau pemikirannya sangat luas, beliau jiwanya sangat baik, beliau merangkul semua, beliau menjadi tokoh muslim yang sangat terkenal sebagai tokoh inclusiveness, tokoh yang melindungi semua minoritas”.
Dari pernyataan Prabowo di atas, tampaknya usaha memperjuangkan Gus Dur sebagai pahlawan nasional lebih mudah dari para mantan presiden lain yang penuh dengan kontroversi. Boleh dibilang, semua pasti sepakat bahwa Gus Dur sangat layak dan pantas mendapat gelar itu.
Sejarah mencatat, Presiden Soekarno yang jelas nyata jasanya bagi bangsa dan negara, baru 16 tahun setelah meninggal, mendapat gelar pahlawan proklamator pada 1986. Dan kemudian, negara memberikan gelar pahlawan nasional pada 2012.
Presiden Soeharto yang berjuluk Bapak Pembangunan sampai hari ini masih ada elemen masyarakat yang menolak untuk mendapat gelar pahlawan nasional. Pengusulan gelar ini dinilai merupakan penghapusan sejarah dan pemutihan atas kejahatan yang dilakukan selama 32 tahun.
Presiden BJ Habibie yang dikenal sebagai Bapak Teknologi Nasional sampai sekarang pun belum ada sekelompok masyarakat yang mengusulkan sebagai pahlawan nasional. Selain atas prestasinya, mendapatkan gelar Profesor Kehormatan ITB, Penghargaan Tinggi Ganesha Praja Manggala, Edward Warner Award, Award von Karman.
Naga-naganya, Gus Durlah mantan presiden yang nanti bakal paling cepat mendapat gelar pahlawan nasional dari negara. Tak kurang dari 15 tahun, Sang Bapak Minoritas ini akan dinobatkan sebagai pahlawan tersebut. Hal ini mengingat, jasa-jasanya begitu besar bagi kerukunan umat beragama di Tanah Air.
Moch Eksan adalah Pendiri Eksan Institute
Komentar