|
Menu Close Menu

Tokoh NU Yang Bersahaja

Minggu, 22 Desember 2024 | 11.22 WIB


Oleh Moch Eksan


Lensajatim.id, Opini- Setelah paripurna dari anggota DPRD Propinsi Jawa Timur Periode 2014-2019, saya tak pernah ketemu dengan KH Soleh Hayat. Namun, saya tetap mengikuti peran dan kiprahnya di Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur.


Kiai Soleh, biasa saya panggil, sesama di Komisi E DPRD Jatim dari Fraksi PKB. Anggota dewan kelahiran Gresik, 30 September 1949, merupakan anggota yang mengisi Pergantian Antar Waktu (PAW) dari Ka'bil Mubarak yang terjerat kasus gratifikasi KPK.


Dalam berbagai rapat kerja bersama mitra eksekutif serta kunjungan kerja di berbagai instansi di dalam maupun di luar negeri, saya sering berduet dengan Kiai Soleh dalam memberikan komentar dan pertanyaan kritis terhadap para pejabat tersebut.


Saya dan Kiai Soleh menyadari benar tugas pokok dari anggota dewan adalah parler yang merupakan asal kata dari parlemen yang berarti to talk atau berbicara, menyampaikan aspirasi serta memberikan solusi atas sejumlah persoalan daerah.


Sebagai anggota PAW, Kiai Soleh tak penuh satu periode sebagai anggota dewan. Ketua IPNU (1972-1982) Jatim ini dilantik sebagai pengganti  pada Selasa, 3 Juli 2018. Sehingga, praktis hanya menjalani tugas selama 13 bulan sebagai wakil rakyat. Meski periode sebelumnya tercatat sebagai anggota dewan Periode 2009-2014.


Saya menyaksikan Kiai Soleh selalu menyiapkan catatan-catatan kecil untuk menguatkan pandangannya. Wakil Katib Syuriah PWNU Jatim benar-benar menyiapkan daftar pertanyaan yang akan disampaikan pada mitra kerja komisi bidang kesejahteraan rakyat ini.


Anggota dewan seperti Kiai Soleh yang sudah senior waktu itu, termasuk langka. Apalagi, pendiri Majalah Aula NU ini selalu aktif di berbagai forum rapat dan pendapatnya selalu bernas dan berkualitas.


Ternyata, Kiai Soleh merupakan mantan jurnalis dan memiliki kemampuan literasi yang bagus. Terbukti dari dua judul buku yang ditulisnya. Antara lain: Kolom Mini, Rindu Hilal Rindu Kebersamaan, Gambar Rasulullah di Majalah Newsweek Sengaja Lecehkan Islam (LTN Pustaka, 2019), Kyai dan Santri dalam Perang Kemerdekaan (PW LTNNU, 2020).


Buku Kolom Mini merupakan kumpulan artikel yang dimuat di 11 media massa. Ada 63 judul artikel yang mengangkat tema tentang rukyatul hilal, ramadhan, haji, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, NU, sejarah Islam, kasus Jenggawah, kebijakan dan kasus hukum.


Sedangkan, buku Kyai dan Santri dalam Perang Kemerdekaan, seperti naskah akademik yang menjadi dasar historis dalam penetapan Hari Santri Nasional setiap 22 Oktober semenjak 2015 di era kepemimpinan Joko Widodo-Jusuf Kalla.


Jadi, sumbangsih intelektual Kiai Soleh dalam diskursus publik dan pengakuan negara terhadap peran kiai dan santri dalam perjuangan kemerdekaan, terasa nyata. Wajar, bila kaum nahdliyin Jatim banyak yang merasa kehilangan atas meninggalnya almarhum pada 20 Desember 2024.


Saya bersyukur bisa mengenal Kiai Soleh secara pribadi. Seorang tokoh NU yang bersahaja dan mewah dengan karya. Seorang politisi yang tak malu naik bus umum tetapi dengan percaya diri mengemukakan pendapat di halayak umum.


Saya terakhir bersama Kiai Soleh dengan kolega anggota Komisi E melakukan kunjungan kerja ke Norwegia. Sebuah negara Nordik yang memiliki pendapatan per kapita yang tinggi (92 ribu dolar), gini rasio yang rendah (25,3), dan IPM sangat tinggi (0,966).


Terlebih kenangan perjalanan naik kereta api dari Surabaya Semarang maupun Surabaya Yogyakarta, masih segar dalam ingatan saat bersenda gurau. Kiai Soleh benar-benar  merupakan lawan bicara yang menyenangkan dan mencerdaskan.


Kini, Kiai Soleh telah menyelesaikan tugas kesejarahannya sebagai aktivis NU. Kita tinggal melanjutkan ketauladannya dalam mengabdi bagi NU, Islam dan Indonesia. Selamat jalan Abah, semoga diberikan posisi yang terbaik disisiNya. Amien.


Moch Eksan adalah Pendiri Eksan Institute

Bagikan:

Komentar