|
Menu Close Menu

Respon Wacana Libur Sekolah Selama Ramadhan, Komisi E DPRD Jatim Usul Kurikulum Khusus untuk Siswa, Perkuat Pendidikan Karakter

Sabtu, 18 Januari 2025 | 16.18 WIB

 

Puguh Wiji Pamungkas, Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Timur. (Dok/Istimewa).

Lensajatim.id, Surabaya- Rencana kebijakan pemerintah yang akan meliburkan sekolah selama bulan Ramadhan tahun 2025 terus mendapat respon dari banyak pihak. 


Di Jawa Timur, Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi PKS Puguh Wiji Pamungkas juga ikut memberikan respon. Menurut Puguh rencana tersebut hal yang positif dan dapat menjadi langkah strategis untuk memperkuat pendidikan karakter siswa melalui pendekatan agama, sekaligus menjawab isu-isu krusial seperti mental health dan perilaku permisif di kalangan remaja.


“Ramadhan adalah momentum emas. Libur sekolah bukan berarti siswa berhenti belajar, tetapi mereka diarahkan untuk fokus pada penguatan nilai spiritual dan karakter," ucap Puguh kepada media, Sabtu (18/01/2025).

 

Legislator asal Dapil Malang Raya ini menjelaskan bahwa idealnya Ramadhan bisa menjadi ‘bengkel spiritual’ yang mendidik siswa agar lebih memahami dan menerapkan nilai-nilai agama. 


Sehingga lanjut Puguh, libur Ramadhan dapat diisi dengan kurikulum khusus yang relevan, baik bagi siswa muslim maupun non-muslim. Untuk siswa muslim, kurikulum ini bisa berisi tugas ibadah seperti membaca kitab suci, kegiatan sosial, dan praktik kebaikan sehari-hari. Sedangkan bagi non-muslim, kegiatan serupa bisa diarahkan sesuai dengan nilai-nilai agama mereka.


“Semua siswa, terlepas dari agamanya, tetap bisa memanfaatkan Ramadhan sebagai momen refleksi dan penguatan karakter. Dengan kurikulum yang terarah, mereka tidak hanya belajar agama, tetapi juga membangun empati, disiplin, dan moralitas,” tegasnya.


Presiden Nusantara Gilang Gemilang mengungkapkan bahwa pendidikan karakter menjadi kebutuhan mendesak saat ini. Banyak siswa, menurutnya, terjebak dalam perilaku permisif seperti perundungan, pergaulan bebas, hingga penyalahgunaan narkoba karena minimnya pemahaman akan norma dan etika.


“Ramadan adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki ini. Pendidikan agama yang diterapkan secara implementatif dapat menjadi solusi efektif untuk membentuk generasi muda yang lebih sadar nilai dan norma,” jelasnya.


Puguh juga menyoroti hilangnya pendidikan moral berbasis nilai-nilai Pancasila yang dulu pernah diajarkan di sekolah. Ia berharap, kurikulum Ramadhan dapat menjadi jalan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai luhur seperti ketuhanan, empati, dan rasa hormat dalam kehidupan sehari-hari siswa.


Pria asal Kota Malang ini menegaskan, kebijakan libur Ramadhan harus didukung dengan kurikulum yang terencana dan visioner. Kurikulum ini, menurutnya, tidak hanya memberikan tugas-tugas sederhana, tetapi juga memacu siswa untuk menggali lebih dalam makna Ramadan melalui kegiatan yang kreatif dan bermakna.


“Kementerian Pendidikan harus merancang panduan yang jelas, sehingga siswa tetap produktif selama libur. Ini bukan sekadar memberikan tugas, tetapi bagaimana membentuk karakter yang kokoh melalui aktivitas yang relevan dengan semangat Ramadan,” tambahnya.


Ia juga mengingatkan pentingnya kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan komunitas dalam mendukung pelaksanaan kurikulum Ramadhan. Menurutnya, dukungan semua pihak akan memastikan bahwa libur Ramadan benar-benar memberikan dampak positif bagi siswa.


“Ramadhan bukan sekadar waktu libur, tetapi kesempatan untuk membangun generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan keimanan yang kokoh. Ini adalah investasi besar untuk masa depan bangsa,” ujar Puguh.


Dengan kurikulum Ramadhan yang terarah, ia optimistis kebijakan libur sekolah selama Ramadan dapat menjadi solusi untuk menghadapi tantangan zaman, sekaligus menciptakan generasi muda yang tangguh, berintegritas, dan memiliki kesadaran spiritual yang mendalam.( Tim). 

Bagikan:

Komentar