|
Menu Close Menu

Apa Arti Sebuah Jas Tanpa Keadilan; Refleksi Kepemimpinan PMII

Kamis, 20 Maret 2025 | 00.15 WIB



Oleh : Alif Marjan


Lensajatim.id, Opini-Sebuah jas sering kali menjadi simbol kebanggaan, kewibawaan, dan identitas dalam organisasi. Jas itu mewakili tanggung jawab, integritas, dan komitmen terhadap nilai-nilai perjuangan. Namun, tanpa keadilan, jas tersebut kehilangan maknanya menjadi sekadar kain yang menutupi tubuh, tetapi sungguh tidak mencerminkan esensi kepemimpinan yang sejati.


Jas seharusnya melambangkan pengabdian, keberanian, dan kepedulian terhadap sesama. Seorang pemimpin atau kader yang mengenakan jas kebanggaan harus memahami bahwa keadilan adalah prinsip utama yang tidak boleh dikorbankan demi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Jika seorang pemimpin memakai jas tetapi mengabaikan suara kader, membiarkan ketimpangan, atau hanya berorientasi pada kepentingan elite, maka sejatinya jas itu tidak lebih dari simbol kosong tanpa substansi.


Kemarin kulihat Seorang pemimpin (memakai jas biru bercahaya) telah berbicara tentang esensi dari hal yang berada di luar dirinya, ya dia berbicara tentang esensi ramadhan *“Menakar Esensi Ramadhan: Antara Spiritualitas dan Realitas Sosial”* sebuah opini yang ditulis dan diterbitkan, dibaca oleh ribuan kadernya di Sumenep. Tak ada yang salah dari tulisan itu, hanya saja ingin kuselipkan sebuah pertanyaan juga selain tentang jas yang kau banggakan itu, apa artinya sebuah tulisan jika itu menyimpang dari sebuah sikap yang telah kau cerminkan.?


Sejak awal kita dididik untuk selalu memiliki komitmen dan prinsip yang sesuai dengan ideologi PMII, sikap yang sesuai dengan triMotto PMII, triKhidmat PMII, triKomitmen PMII. Tapi hari ini telah benar-benar kulihat di depan sana orang yang sering berteriak tentang Prinsip dan menyampaikan pesan moral yang dititipkan oleh leluhur malah menjadi yang paling terdepan juga dalam berkhianat kepada pesannya sendiri.


Tak perlu kujelaskan tentang semua dosa sosial yang telah ia lakukan, tak ada urusan dengan dari mana ia mengambil keputusan. Sebuah kejadian yang menimpa sahabat-sahabat komisariat PMII yang ada di kabupaten Sumenep pada saat menuntut keadilan tentang sebuah sidang yang dianggap cacat dalam tata tertib, ia malah berbicara penuh ketidakpastian mengatasnamakan orang-orang terhormat untuk mengambil keputusan, menjebak seluruh pengurus BPH untuk dilibatkan dalam mencuci tangan. Padahal semua orang yang memihak kepada keadilan dan objektivitas akan memilih tidak bersepakat terhadap keputusan yang dipilih karena keputusan yang diambil malah berdasarkan kepada kompromi dan suara terbanyak, bukan atas dasar aturan yang dijadikan pedoman sebagai langkah gerak keadilan organisasi. Hal ini tentu dapat disimpulkan bahwa Pengurus Cabang PMII Sumenep telah menjadi penyebab utama dalam persoalan menyambung perpecahan yang terjadi pada salah satu komisariat di kabupaten Sumenep.


Selain hal yang terjadi di atas masih banyak juga bentuk kegagalan yang dilakukan oleh pengurus cabang PMII Kabupaten Sumenep; baik dari wilayah kaderisasi, tidak memberikan hak administratif (SK Kepengurusan) tidak diberikan kepada seluruh Pengurus komisariat se-kabupaten Sumenep. Sebuah problem yang ku anggap sangat besar juga kemarin terdengar sebuah keluhan yang berasal dari salah satu komisariat persiapan yang telah memenuhi persyaratan untuk definitif, tapi dalam proses pengajuan yang dilakukan oleh pengurus komisariat tidak direspon dengan baik oleh ketua cabang bahkan tidak diberikan kepastian apapun dan parahnya pengajuan ini telah dilakukan sejak setahun yang lalu. Problem yang paling besar dan ku anggap sebagai ujung tombak dari kegelisahan semua orang adalah saat kudengar telah ada kritik dari forum ketua komisariat se-sumenep yang mengatakan dan menegaskan bahwa masa jabatan dan SK Kepengurusan PMII Cabang sumenep telah habis dan harus segera melakukan pergantian. Sebagaimana yang telah terjadi dalam realitas yang kita hadapi bahwa pengurus Cabang PMII Sumenep telah benar-benar kekeringan dan tak memiliki semangat juang yang tinggi dalam mengurus kaderisasi PMII di Kabupaten Sumenep, hingga dipandang perlu untuk segera melakukan pergantian dalam upaya penyegaran organisasi.


Kusampaikan banyak terimakasih atas kritik kalian, sekalipun dengan perasaan malu, tulisan ini akan kujadikan sebuah dukungan kepada kalian agar mengurangi sedikit rasa malu ini dan kukatakan dengan tegas bahwa tulisan ini adalah simbol dari keadilan yang sebenarnya.


Sebuah Pesan yang hanya bisa kusampaikan melalui tulisan, karena; apalah arti suara kepada ia yang tak memiliki telinga. Ya Tuhan lindungi kami dari para pejabat yang telah habis masa jabatannya tapi masih ingin berkuasa, dan lindungi kami dari aturan yang membuat diri kita bungkam tanpa perlawanan.


 *Salam Pergerakan!!!*


Penulis adalah seorang kader PMII

Bagikan:

Komentar